Proses
Pembentukan Minyak Bumi & Gas Alam
A.
Proses Pembentukan Minyak Bumi dan
Gas Alam
Para ahli berpendapat bahwa minyak bumi terbentuk dari
pelapukan sisa kehidupan purba (hewan, tumbuhan, dan jasad-jasad renik) yang
terpendam bersama air laut dan masuk ke dalam batuan pasir, lempung, atau
gamping yang terdapat di dalam lapisan kerak bumi selama berjuta-juta tahun
melalui proses fisika dan kimia. Proses terbentuknya minyak bumi dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a.
Pada zaman purba, di darat dan di dalam lautan hidup
beraneka ragam binatang dan tumbuh-tumbuhan. Binatang serta tumbuh-tumbuhan
yang mati ataupun punah itu akhirnya tertimbun di bawah endapan lumpur. Endapan
lumpur ini kemudian dihanyutkan oleh arus sungai menuju lautan bersama bahan
organik lainnya dari daratan.
b. Selama berjuta-juta tahun, sungai-sungai menghanyutkan pasir
dan lumpur ke dasar laut dan membuat lapisan batuan yang bercampur dengan
fosil-fosil binatang dan tumbuh-tumbuhan.
c.
Akibat peristiwa alam, lapisan dan permukaan bumi mengalami
perubahan besar berupa pergeseran-pergeseran sehingga fosil hewan dan tumbuhan
yang terkubur di perut bumi masuk ke celah-celah lapisan bumi yang bersuhu dan
bertekanan tinggi. Akibat pengaruh waktu, temperatur tinggi, dan tekanan beban
lapisan batuan di atasnya, menyebabkan binatang dan tumbuh-tumbuhan yang mati tadi
mengalami proses penguraian berupa perubahan kimia, berubah menjadi
bintik-bintik dan gelembung minyak yang berbentuk cairan kental dan gas. Akibat
pengaruh yang sama, maka endapan lumpur berubah menjadi batuan sedimen. Batuan
lunak yang berasal dari lumpur yang mengandung bintik-bintik minyak dikenal
sebagai batuan induk atau “source rock”.
d. Karena ringan, minyak bumi akan terdorong dan terapung, lalu
bergerak mencari tempat yang lebih baik (berimigrasi menuju tempat yang
bertekanan lebih rendah) untuk berhenti dan terperangkap dalam batuan sedimen
yang kedap atau kadang-kadang merembes ke luar permukaan bumi. Batuan sedimen
tersusun atas fragmen-fragmen atau butiran mineral dari yang halus sampai yang
kasar satu sama lain saling terikat oleh materi yang sangat halus dan berfungsi
sebagai “semen”, sehingga di antaranya terdapat pori-pori. Pada kondisi
tertentu, pori-pori ini dapat mengandung fluida minyak, gas, atau air.
Peristiwa terperangkapnya minyak bumi dan gas alam dalam batuan sedimen disebut
proses “akumulasi”.
Berapa lama proses terbentuknya minyak bumi? Mengenai hal
ini masih terdapat pendapat yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan ribuan
tahun, ada yang mengatakan jutaan tahun, bahkan ada yang berpendapat lebih dari
itu. Namun diduga, minyak bumi terbentuk paling sedikit 2 juta tahun yang lalu,
dan ada juga yang berpendapat bahwa minyak bumi terbentuk 500-2500 juta tahun
yang lalu.
Membahas identifikasi minyak bumi tidak
dapat lepas dari bahasan teori pembentukan minyak bumi dan kondisi
pembentukannya yang membuat suatu minyak bumi menjadi spesifik dan tidak sama
antara suatu minyak bumi dengan minyak bumi lainnya. Ada banyak hipotesa
tentang terbentuknya minyak bumi yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa
diantaranya adalah:
1.
Teori Biogenesis (organik)
Macqiur (Perancis, 1758) merupakan orang yang pertama kali
mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kemudian
M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas
juga didukung oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler (1909),
Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa: Minyak
dan gas bumi berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta tahun
yang lalu dan membentuk sebuah lapisan dalam perut bumi.
2. Teori Abiogenesis (Anorganik)
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi
terdapat logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan
dengan CO2 membentuk -asitilena.
Kemudian Mandeleyev (1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat
adanya pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih
ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak
bumi mulai terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan
bersamaan dengan proses terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan
fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor dan di
atmosfir beberapa planet lain.
Dari sekian banyak hipotesa tersebut
yang sering dikemukakan adalah Teori Biogenesis, karena lebih bisa. Teori pembentukan minyak bumi terus
berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi dan teknik analisis minyak
bumi, sampai kemudian pada tahun 1984 G. D. Hobson dalam tulisannya yang
berjudul The Occurrence and Origin of Oil and Gas menyatakan bahwa : The
type of oil is dependent on the position in the deposition a basin, and that
the oils become lighter in going basin ward in any horizon. It certainly seems
likely that the depositional environment would determine the type of oil formed
and could exert an influence on the character of the oil for a long time, even
thought there is evolution.
Berdasarkan teori Biogenesis, minyak
bumi terbentuk karena adanya kebocoran kecil yang permanen dalam siklus karbon.
Siklus karbon ini terjadi antara atmosfir dengan permukaan bumi, yang
digambarkan dengan dua panah dengan arah yang berlawanan, dimana karbon
diangkut dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Pada arah pertama,
karbondioksida di atmosfir berasimilasi, artinya CO2 diekstrak dari
atmosfir oleh organisme fotosintetik darat dan laut. Pada arah yang kedua CO2
dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi makhluk hidup (tumbuhan, hewan
dan mikroorganisme).
Dalam proses ini, terjadi kebocoran
kecil yang memungkinkan satu bagian kecil karbon yang tidak dibebaskan kembali
ke atmosfir dalam bentuk CO2, tetapi mengalami transformasi yang
akhir-nya menjadi fosil yang dapat terbakar. Bahan bakar fosil ini jumlahnya
hanya kecil sekali. Bahan organik yang mengalami oksidasi selama pemendaman.
Akibatnya, bagian utama dari karbon organik dalam bentuk karbonat menjadi
sangat kecil jumlahnya dalam batuan sedimen.
Pada mulanya senyawa tersebut
(seperti karbohidrat, protein dan lemak) diproduksi oleh makhluk hidup sesuai
dengan kebutuhannya, seperti untuk mempertahankan diri, untuk berkembang biak
atau sebagai komponen fisik dan makhluk hidup itu. Komponen yang dimaksud dapat
berupa konstituen sel, membran, pigmen, lemak, gula atau protein dari
tumbuh-tumbuhan, cendawan, jamur, protozoa, bakteri, invertebrata ataupun
binatang berdarah dingin dan panas, sehingga dapat ditemukan di udara, pada
permukaan, dalam air atau dalam tanah.
Apabila makhluk hidup tersebut mati,
maka 99,9 % senyawa karbon dan makhluk hidup akan kembali mengalami siklus
sebagal rantai makanan, sedangkan sisanya 0,1 % senyawa karbon terjebak dalam
tanah dan dalam sedimen. Inilah yang merupakan cikal bakal senyawa-senyawa
fosil atau dikenal juga sebagai embrio minyak bumi. Embrio ini mengalami
perpindahan dan akan menumpuk di salah satu tempat yang kemungkinan menjadi
reservoar dan ada yang hanyut bersama aliran air sehingga menumpuk di bawah
dasar laut, dan ada juga karena perbedaan tekanan di bawah laut muncul ke
permukaan lalu menumpuk di permukaan dan ada pula yang terendapkan di permukaan
laut dalam yang arusnya kecil.
Embrio kecil ini menumpuk dalam
kondisi lingkungan lembab, gelap dan berbau tidak sedap di antara
mineral-mineral dan sedimen, lalu membentuk molekul besar yang dikenal dengan
geopolimer. Senyawa-senyawa organik yang terpendam ini akan tetap dengan
karakter masing-masing yang spesifik sesuai dengan bahan dan lingkungan
pembentukannya. Selanjutnya senyawa organik ini akan mengalami proses geologi
dalam perut bumi. Pertama akan mengalami proses diagenesis, dimana senyawa
organik dan makhluk hidup sudah merupakan senyawa mati dan terkubur sampai 600
meter saja di bawah permukaan dan lingkungan bersuhu di bawah 50°C.
Pada kondisi ini senyawa-senyawa
organik yang berasal dan makhluk hidup mulai kehilangan gugus beroksigen akibat
reaksi dekarboksilasi dan dehidratasi. Semakin dalam pemendaman terjadi,
semakin panas lingkungannya, penam-bahan kedalaman 30 - 40 m akan menaik-kan
temperatur 1°C. Di kedalaman lebih dan 600 m sampai 3000 m, suhu pemendaman
akan berkisar antara 50 - 150 °C, proses geologi kedua yang disebut katagenesis
akan berlangsung, maka geopolimer yang terpendam mulal terurai akibat panas
bumi.
Komponen-komponen minyak bumi pada
proses ini mulai terbentuk dan senyawa-senyawa karakteristik yang berasal dan
makhluk hidup tertentu kembali dibebaskan dari molekul. Bila kedalaman terus
berlanjut ke arah pusat bumi, temperatur semakin naik, dan jika kedalaman
melebihi 3000 m dan suhu di atas 150°C, maka bahan-bahan organik dapat terurai
menjadi gas bermolekul kecil, dan proses ini disebut metagenesis.
Setelah proses geologi ini dilewati,
minyak bumi sudah terbentuk bersama-sama dengan bio-marka. Fosil molekul yang
sudah terbentuk ini akan mengalami perpindahan (migrasi) karena kondisi
lingkungan atau kerak bumi yang selalu bergerak rata-rata se-jauh 5cm per
tahun, sehingga akan ter-perangkap pada suatu batuan berpori, atau selanjutnya
akan bermigrasi membentuk suatu sumur minyak.
Apabila dicuplik batuan yang
memenjara minyak ini (batuan induk) atau minyak yang terperangkap dalam rongga
bu-mi, akan ditemukan fosil senyawa-senyawa organik. Fosil-fosil senyawa
inilah yang ditentukan strukturnya menggunaan beberapa metoda analisis,
sehingga dapat menerangkan asal-usul fosil, bahan pembentuk, migrasi minyak bumi
serta hubungan antara suatu minyak bumi dengan minyak bumi lain dan hubungan
minyak bumi dengan batuan induk.
Komponen Komponen Penyusun Minyak Bumi
Komponen-komponen penyusun minyak bumi
.Minyak bumi adalah campuran komplek hidrokarbon plus senyawaan organik dari
Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam
terutama Nikel, Besi dan Tembaga.
Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan
yang uniform, melainkan berkomposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada
lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman sumur.
Dalam minyak bumi parafinik ringan
mengandung hidrokarbon tidak kurang dari 97 % sedangkan dalam jenis asphaltik
berat paling rendah 50 %.
Komponen Hidrokarbon
Perbandingan unsur-unsur yang terdapat
dalam minyak bumi sangat bervariasi. Berdasarkan atas hasil analisa, diperoleh
data sebagai berikut :
- Karbon : 83,0-87,0 %
- Hidrogen : 10,0-14,0 %
- Nitrogen : 0,1-2,0 %
- Oksigen : 0,05-1,5 %
- Sulfur : 0,05-6,0 %
Komponen
hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan atas tiga golongan, yaitu :
- golongan parafinik
- golongan naphthenik
- golongan aromatik
- sedangkan golongan olefinik umumnya tidak ditemukan dalam crude oil, demikian juga hidrokarbon asetilenik sangat jarang.
FRAKSI FRAKSI MINYAK BUMI
Kegunaan fraksi-fraksi minyak bumi
terkait dengan sifat fisisnya seperti titik didih dan viskositasnya
(kekentalan), dan juga sifat kimianya. Hasil dari distilasi minyak bumi
menghasilkan beberapa fraksi minyak bumi seperti berikut.
1.
Residu
Saat pertama kali minyak bumi masuk ke
dalam menara distilasi, minyak bumi akan dipanaskan dalam suhu diatas 500oC.
Residu tidak menguap dan digunakan sebagai bahan baku aspal, bahan pelapis
antibocor, dan bahan bakar boiler (mesin pembangkit uap panas). Bagian minyak
bumi yang menguap akan naik ke atas dan kembali diolah menjadi fraksi minyak
bumi lainnya.
Aspal digunakan untuk melapisi
permukaan jalan. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak
jenuh, alifatik, dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per
molekul. Unsur-unsur selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah
nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa unsur lain. Secara kuantitatif,
biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya
oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium.
2. Oli
Oli adalah pelumas kendaraan
bermotor untuk mencegak karat dan mengurangi gesekan. Oli dihasilkan dari hasil
distilasi minyak bumi pada suhu antara 350-500oC. Itu dikarenakan
oli tidak dapat menguap di antara suhu tersebut. Kemudian, bagian minyak bumi
yang lainnya akan menguap dan menuju ke atas untuk diolah kembali.
3.
Solar
Solar adalah bahan bakar mesin
diesel. Solar adalah hasil dari pemanasan minyak bumi antara 250-340oC.
Solar tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya
akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.
Umumnya, solar mengandung belerang
dengan kadar yang cukup tinggi. Kualitas minyak solar dinyatakan dengan
bilangan setana. Angka setana adalah tolak ukur kemudahan menyala atau
terbakarnya suatu bahan bakar di dalam mesin diesel. Saat ini, Pertamina telah
memproduksi bahan bakar solar ramah lingkungan dengan merek dagang Pertamina
DEX© (Diesel Environment Extra). Angka setana DEX dirancang
memiliki angka setana minimal 53 sementara produk solar yang ada di pasaran
adalah 48. Bahan bakar ramah lingkungan tersebut memiliki kandungan sulfur
maksimum 300 ppm atau jauh lebih rendah dibandingkan solar di pasaran yang
kandungan sulfur maksimumnya mencapai 5.000 ppm.
4.
Kerosin dan Avtur
Kerosin (minyak tanah) adalah bahan
bakar kompor minyak. Avtur adalah bahan bakar pesawat terbang bermesin jet.
Kerosin dan avtur dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhu antara
170-250oC. Kerosin dan avtur tidak dapat menguap pada suhu tersebut
dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.
Kerosin adalah cairan hidrokarbon
yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Kerosin yang digunakan sebagai bahan
bakar kompor minyak disebut minyak tanah, sedangkan untuk bahan bakar pesawat
disebut avtur.
5.
Nafta
Nafta adalah bahan baku industri
petrokimia. Nafta dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhu antara 70-170oC.
Nafta tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya
akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.
6.
Petroleum Eter dan Bensin
Petroleum eter adalah bahan pelarut
dan untuk laundry. Bensin pada umumnya adalah bahan bakar kendaraan bermotor.
Petroleum eter dan bensin dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhu
antara 35-75oC. Petroleum eter dan bensin tidak dapat menguap pada
suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah
kembali.
Bensin akhir-akhir ini menjadi
perhatian utama karena pemakaiannya untuk bahan bakar kendaraan bermotor sering
menimbulkan masalah. Kualitas bensin ditentukan oleh bilangan oktan, yaitu
bilangan yang menunjukkan jumlah isooktan dalam bensin. Bilangan oktan adalah
ukuran kemampuan bahan bakar mengatasi ketukan ketika terbakar dalam mesin.
Bensin merupakan fraksi minyak bumi
yang mengandung senyawa n-heptana dan isooktan. Misalnya bensin Premium (salah
satu produk bensin Pertamina) yang beredar di pasaran dengan bilangan oktan 80
berarti bensin tersebut mengandung 80% isooktan dan 20% n-heptana. Bensin super
mempunyai bilangan oktan 98 berarti mengandung 98% isooktan dan 2% n-heptana.
Pertamina meluncurkan produk bensin ke pasaran dengan 3 nama, yaitu: Premium
dengan bilangan oktan 80-88, Pertamax dengan bilangan oktan 91-92, dan Pertamax
Plus dengan bilangan oktan 95.
Penambahan zat antiketikan pada
bensin bertujuan untuk memperlambat pembakaran bahan bakar. Untuk menaikkan
bilangan oktan antara lain dengan ditambahkan MTBE (Metyl Tertier Butil Eter),
tersier butil alkohol, benzena, atau etanol. Penambahan zat aditif Etilfluid yang
merupakan campuran 65% TEL (Tetra Etil Lead/Tetra Etil Timbal), 25%
1,2-dibromoetana dan 10% 1,2-dikloro etana sudah ditinggalkan karena
menimbulkan dampak pencemaran timbal ke udara. Timbal (Pb) bersifat racun yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti pusing, anemia, bahkan kerusakan
otak. Anemia terjadi karena ion Pb2+ bereaksi dengan gugus
sulfhidril (-SH) dari protein sehingga menghambat kerja enzim untuk biosintesis
hemoglobin.
Permintaan pasar terhadap bensin
cukup besar maka untuk meningkatkan produksi bensin dapat dilakukan dengan
cara:
- Cracking (perengkahan), yaitu pemecahan molekul besar menjadi molekul-molekul kecil. Contoh:
- Reforming, yaitu mengubah struktur molekul rantai lurus menjadi rantai bercabang.
- Alkilasi atau polimerisasi, yaitu penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar. Seperti dan
7. Gas
Hasil olahan minyak bumi yang
terakhir adalah gas. Gas merupakan bahan baku LPG (Liquid Petroleum Gas)
yaitu bahan bakar kompor gas. Supaya gas dapat disimpan dalam tempat yang lebih
kecil, gas didinginkan pada suhu antara -160 sampai -40oC supaya
dapat berwujud cair.
Sebenarnya, senyawa alkana yang
terkandung dalam LPG berwujud gas pada suhu kamar. LPG dibuat dalam bentuk gas
untuk berat yang sama. Wujud gas LPG diubah menjadi cair dengan cara menambah
tekanan dan menurunkan suhunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar